Setelah pencegatan pertama di Hambawang Pulasan berhasil menewaskan 48 Militer Belanda, para pejuang kembali merencanakan pencegatan serupa. Dibawah pimpinan Abdurrahman Karim (A.R.HAKA) para pejuang melaksanakan rapat di Birayang. Dalam rapat khusus tersebut ditunjuk Aliansyah untuk memimpin pelaksanaan pencegatan dengan 13 orang pejuang lainnya. Dari 13 orang pejuang hanya 5 orang yang bersenjata Owen Gun Jengkel, Karabyn US/LE dan sepucuk pistol lengkap dengan pelurunya. Sedangkan sisanya hanya bersenjata dumdum, parang, tombak, keris dan bahkan ada yang tidak bersenjata.
Pencegatan terhadap Militer Belanda dilaksanakan pada minggu pertama bulan Agustus 1948. Setelah kurang lebih 1 jam menunggu akhirnya dari kejauhan terdengar bunyi mobil yang menuju ke Hambawang Pulasan. Aliansyah memberi perintah agar para pejuang bersiap melakukan penyerangan sambil menunggu aba-aba penyerangan. Dalam pencegatan ini para pejuang dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok pertama sebanyak 5 orang berada di posisi atas gunung dan sisanya sebanyak 8 orang berapa pada posisi kanan dan kiri jalan yang akan melakukan penyerangan dari jarak dekat.
Setelah semua sudah siap dan tak lama kemudian sebuah mobil Jeep Willes dengan ditumpangi 5 orang Militer Belanda bergerak perlahan melalui tanjakan. Begitu mobil Jeep Willes Militer Belanda sudah mendekati puncak pendakian, Aliansyah langsung memberikan aba-aba penyerangan, maka secara serentak para pejuang langsung melakukan penyerangan. Suara tembakan terdengar dari kanan dan kiri jalan dan dari atas gunung. Militer Belanda menjadi terkejut karena diserang secara tiba-tiba, namun mereka juga berusaha untuk melepaskan tembakan dengan senjata otomatis ke arah para pejuang. Baku tembak mulai terjadi dan saking bersemangatnya para pejuang melakukan penyerangan tersebut maka mereka tidak lagi memperdulikan kekuatan mereka dan terus berupaya untuk memenangkan pertempuran tersebut. Namun Militer Belanda juga terus melakukan perlawanan dan akibatnya para pejuang kita banyak yang terpojok dan berlindung di belakang pohon-pohon karet sambil melepaskan tembakan.
Setelah pertempuran berlangsung kurang lebih 15 menit, tiba-tiba dari arah belakang datang bantuan Militer Belanda dengan menggunakan 3 buah truk yang langsung ikut melakukan penyerangan dan akibatnya pejuang kita terdesak dan terpaksa mundur. Melihat bantuan Militer Belanda dengan jumlah yang cukup banyak dan terus menyerang, Aliansyah sebagai pimpinan pasukan pejuang memberi aba-aba agar anak buahnya mundur dari medan pertempuan dan dengan berpencar para pejuang mundur kemudian masuk hutan. Sementara itu Militer Belanda tidak berani mengejar, karena mereka khawatir kalau ini hanya taktik dan jebakan para pejuang saja.
Dalam pertempuran ini pihak pejuang tidak ada yang gugur, sementara dari pihak Militer Belanda beberapa orang mengalami luka tembak dan terpaksa dibawa pasukannya ke Batu Mandi, sementara mobil Jeep Willes yang mereka tumpangi terjungkir ke sisi jalan. Para pejuang setelah melarikan diri ke hutan, akhirnya kembali berkumpul di Birayang. Memang penyerangan kali ini tidak mampu menewaskan pasukan Belanda, namun paling tidak jalur transportasi menjadi terganggu dan membuktikan bahwa kemampuan pejuang tidak dapat dianggap enteng oleh Belanda.
Sumber : www.tuanhellowen.blogspot.com
Tuesday, May 11, 2010
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment