Wednesday, April 25, 2012

Masjid Su'ada, Masjid Tua di Kalimantan Selatan

0 comments

Masjid Sua,ada termasuk masjid tua yang dibangun tahun 1908. Masjid ini terletak di Wasah Hilir, Simpur, Hulu Sungai Selatan, Kalimantan Selatan. Pendiri masjid ini adalah Syekh Abbas bin Syekh Abdul Jalil dan Syeh Muhammad Said bin Syekh Sa’dudin, dibantu oleh H. Banan (Pambakal Wasah Hilir) dan H.Ishaq (Penghulu Wasah Hilir), Asmail, Burahat, Jala H. Aman, dan H. Mandu. Didirikan diatas tanah wakaf dari Mirun bin Udin dan Asmail bin Abdullah seluas 1047,25 m2. Semua bahan terdiri dari kayu ulin (kayu besi) yang dahulu masih banyak di rimba hutan Kalimantan.
Masjid Su'ada (Masjid Baangkat) difoto dari samping belakang.



Selasar keliling masjid yang dipagari.


Pagar ulin dengan motif kembang.


Pintu masjid sangat tinggi dengan kaligrafi dibagian atas.



Gambar dari sudut.





Masjid Sua'ada lebih terkenal dengan nama Masjid Baangkat, artinya masjid panggung, karena kontruksi tongkat masjid berupa panggung.


Karena berbentuk bangunan panggung, maka di pintu masuk ada tangga.



Plafon kubah yang sangat tinggi.


Bedug atau dauh (bahasa Banjar).


Tampak depan.


Ruangan induk masjid dengan tiang kayu ulin.






Mihrab masjid dengan ukiran motif bunga.






Gerbang ruangan imam dengan ukiran.












Penunjuk waktu sholat dengan bantuan sinar matahari. Tertulis Masjid Wasah Ilir tahun 1908 M.





Kontruksi atas bertumpang.





Kubah Syeh H. Abbas bin Syeh Abdul Jalil, yang juga cicit Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari. Beliau bersama Syeh Muhammad Said bin Syekh Sa’dudin (cicit Syekh Muhammad Arsyad Al Banjari)





Sunday, April 15, 2012

Bangunan Dulu (Banjarmasin Tempo Dulu)

1 comments
Beberapa bangunan yang telah ada sejak zaman kolonial.









































































KH. M. Aswadie Syukur

2 comments

Nama lengkap beliau Prof. Drs. KH. Muhammad Asywadie Syukur, Lc beliau dilahirkan di Banua Hulu, Lahai, Barito Utara, Kalimantan Tengah pada tanggal 18 Agustus 1930, dari pasangan Syukur  dan Iyah.
KH. M. Asywadie Syukur memulai pendidikannya dasarnya di Benua Hulu, lulus tahun 1953, melanjutkan ke Sekolah Menengah Islam Pertama (SMIP) di Martapura, Kalimantan Selatan. Setamat dari SMIP melanjutkan studi ke Ma’had Buuth Islamiyah Al Azhar di Mesir. Pada tahun 1960 melanjutkan ke Fakultas Syari’ah Universitas Al-Azhar, selesai pada tahun 1965.
Selesai pendidikan, KH. M. Asywadie Syukur ditugaskan sebagai dosen Fakultas Syariah IAIN Antasari sejak tahun 1967. Setahun di kampus, beliau dipercaya sebagai Pembantu Dekan III Fakultas Tarbiyah yaitu sejak 1968 – 1970. Sejak 1970 – 1975, beliau terpilih sebagai Dekan Fakultas Tarbiyah.
Tahun 1975, beliau melanjutkan studi Universitas Al Azhar Jurusan Ushul Fiqh. Selesai studi, beliau kembali menjabat Dekan Fakultas Dakwah IAIN Antasari periode 1981 – 1983. Pada periode yang sama, beliau terpilih sebagai Anggota DPRD Provinsi Kalimantan Selatan periode 1982 – 1987. Selepas tugas sebagai Anggota DPRD, beliau kembali menjabat Dekan Fakultas Dakwah periode 1995 – 1997. Belum habis masa jabatan sebagai Dekan, kemudian dipercaya sebagai Rektor IAIN Antasari sejak tahun 1997 sampai tahun 2001. Ketika menjadi Rektor, beliau membuka Program Pascasarjana (S2) untuk Ilmu Tasawuf dan Filsafat Hukum Islam. Pada periode ini, beliau juga tercatat sebagai Anggota MPR sebagai Utusan Daerah periode 1997 – 2002.
Selain itu, KH. M. Asywadie Syukur juga dipercaya sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 1980 - 1990. Kemudian periode 1995 s/d 2011 beliau kembali dipercaya sebagai Ketua MUI.
Selain aktif di MUI, KH. M. Asywadie Syukur juga aktif di beberapa organisasi seperti Pengurus Palang Merah Indonesia  (PMI) Kalimantan Selatan  tahun 1986 - 1992, Ketua Majelis Dakwah Islamiyah Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1983 – 1988, Ketua Dewan Mesjid Indonesia Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1985 – 1992, Pengurus GAKARI Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1983 – 1993, Pengurus Persatuan Pertahanan Takekat Islam (PPTI) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1984 – 1993, Pengurus Ikatan Cendekiaawan Muslim Indonesia (ICMI) tahun 1991 – 2001, Ketua Badan Amil zakat, Infaq dan Shadaqah (BAZIS) Provinsi Kalimantan Selatan tahun 1995 – 1998.
KH. M. Asywadie Syukur merupakan seorang ulama yang produktif. Banyak tulisan beliau yang diterbitkan, diantaranya Filsafat Al-Qur’an (1969), Filsafat Islam (1969), Islamologi (1970), Pengantar Ilmu Agama Islam (1975), Ilmu Tasawuf (1980), Perbandingan Mazhab (1980), Apakah Hukum Islam Dipengaruhi oleh Hukum Romawi (1981), Studi Perbandingan tentang Masa dan Lingkungan Berlakunya Hukum Positif dan Fikih Islam (1990), Sejarah Perkembangan Dakwah Islam dan  Filsafat Tasawuf di Indonesia (1982), Studi Perbandingan tentang Beberapa Macam Kejahatan dalam KUHP dan Fikih Islam (1990), Filsafat Tasawuf dan Aliran-alirannya (1981), Bimbingan Ibadah Bulan Ramadhan (1982), Asas-Asas Hukum Perdata Islam (1970), Asas-asas Hukum kebenaran dan Perjanjian dalam Fikih Islam (1984), Intisari Hukum Pewarisan dalam Fikih Islam (1992), Intisari Hukum Wasiat dalam Fikih Islam (1992), Intisari Hukum Perkawinan dalam Fikih Islam (1985), Pengantar Ilmu Fikih dan Ushul Fikih (1990), Khotbah Sebagai Media dan Metode Dakwah (1982), Strategi dan Teknik Dakwah Islam (1982), Ilmu Dakwah (1970), Hukum Konstitusi dalam Fikih Islam (1990), Hukum Keuangan dalam Fikih Islam (1990), Internasional Dalam Fikih Islam (1990), Ringkasan Ilmu Perbandingan Mazhab (1983), Laporan Penelitian tentang Naskah Risalah Tuhfatur Raghibin (1990), Konsultasi Hidup dan Kehidupan 1 (2002).
Selain itu beliau juga menterjemahkan beberapa buku, seperti Dasar-Dasar Ilmu Dakwah (1979), Metodologi Ilmiah (1986), Allah Menurut Syari’ah Islam (1982), Beberapa Petunjuk untuk Juru Dakwah (1982), Kitab Sabilal Muhtadin (1967), Lima Kaidah Pokok dalam Fikih Mazhab Syafi’I (1986), Risalah Syarah Fathil Rahman (1991), Risalah Kanzil Ma’rifah (1991), Ummil Barahim (1992), Syarah Hududhi ‘ala Ummil Barahin (1992), Kitab Tanwirul Qulub (1992), Kitab Aqidatin Najin (1992), Kitab Tahqiqul Maqam ‘ala Kifayatil Awam (1992), Kritik terhadap Hadits Nur Muhammad Riwayat Abdurrazak (1983), Tasawuf dan Kritik terhadap Filsafat Tasawuf (1983), Pemikiran-pemikiran Tauhid Syekh Muhammad Sanusi (1994), Al-Milal wa Al-Nihal (2005).
KH. M. Asywadie Syukur dikenal masyarakat luas karena beliau sering mengisi siaran RRI dalam acara Konsultasi Hidup dan Kehidupan. Acara ini berisi Tanya jawab tentang syariat Islam yang sering terjadi dikehidupan sehari-hari. Jawaban beliau terasa lugas dan mengena terhadap persoalan. Sehingga masyarakat sangat menyukai acara ini, selain itu suara khas beliau sangat meneduhkan hati.
KH. M. Asywadie Syukur meninggal diusianya 71 tahun, beliau meninggal  Sabtu petang, 27 Maret 2010 di rumahnya Jalan Sultan Adam Kompleks Madani Nomor 5 Banjarmasin. Kemudian beliau dimakamkan di Martapura. Saat ini sedang dibangunkan kubah di atas areal pemakaman beliau.

Thursday, April 12, 2012

Kehidupan Sungai (Banjarmasin Tempo Dulu)

3 comments
Beberapa foto tempo dulu Banjarmasin dengan urat nadinya kehidupan di sungai.

Anak-anak mandi di sungai.



Aktivitas mandi di sungai.

Sungai kecil di Banjarmasin, sekarang sungai seperti ini tinggal cerita. Tumbuhnya bangunan dan perluasan pemukiman membuat sungai ini hilang tertutup dan buntu.

Toko di pinggir sungai, menjual segala peralatan dapur yang terbuat dari tanah (gerabah).

Lanting atau rakit terapung (tempat mandi dll) di sungai

Tanggui (topi lebar dari daun nipah) dijual di pinggir sungai.

Sungai Kuin dengan aktivitas sehari-hari.

Pelabuhan tempat menambatkan jukung (perahu) angkutan.

Sungai juga digunakan untuk menjemur ikan asin.

Rakit yang sedang dialirkan ke hilir yang berasal dari hulu sungai Barito.

Sebuah rumah Banjar yang "reot" di pinggir sungai.

Barisan lanting plus jamban.

Tuesday, April 10, 2012

Jembatan Seribu Sungai (Banjarmasin Tempo Dulu)

4 comments
Banjarmasin adalah kota seribu sungai, seribu sampan bahkan seribu jembatan. Namun bagaimanakah wajah jembatan di Banjarmasin tempo dulu.
Jembatan Sudimampir tahun 1956





Seorang warga dengan jukung kecil mengayuh di tepi Sungai Martapura.



Ketika perahu agak besar ingin lewat, maka jungkitan jembatan diangkat.



Jembatan Coen (Jembatan Dewi) dengan jungkitan di bagian tengah.





Kapal api dengan bendera tri warna sedang melewati Jembatan Coen (Jembatan Dewi).



Jembatan kecil di Sungai Kuin, jukung tambangan sedang lewat.